MAN JADDA WAJADA

Manusia harus belajar banyak dari musuhnya yaitu Iblis dalam hal konsistensi dan komitmen. Betapa tidak_suka atau tidak suka_Iblis telah menunjukkan komitmennya secara konsisten untuk menjerumuskan manusia dari jalan-Nya yang lurus. Segala upaya; metode dan strategi pun telah nyata dibuktikan setelah ia bersumpah di hadapan Allah Swt. untuk menyesatkan manusia dari segala penjuru/sisi; kanan-kiri (samping, depan dan belakang (QS. Al-A’raf/7: 16-17) sehingga manusia banyak yang tidak bersyukur, sehat kakinya dapat berjalan namun melangkah di jalan yang sesat.

Pelajaran yang dapat diambil adalah manusia, jin, iblis, syetan dan ciptaan Allah Swt. yang lainnya; selama ia berkomitmen dan berusaha dengan sungguh-sungguh maka hasilnya dapat diraih secara maksimal, seperti kata pepatah: “proses tidak mengkhianati hasil”.

Niat yang buruk dan jahat pun_sebagaimana dimiliki oleh iblis_selama direncanakan dengan matang, metode dan strategi dirancang secara profesional dan proporsional maka hasilnya akan lebih (signifikan) optimal. Apalagi jika niat baik manusia untuk meraih rahmat dan ridha Allah Swt. ditopang dengan teknik, strategi dan cara meraihnya, maka hasilnya akan luar biasa (berkah).

Jadi…niat baik, pikiran baik, ucapan dan perbuatan yang baik akan diperhitungan oleh Allah Swt. Yang Maha Memperhitungkan (Al-Hasib), pun begitu juga sebaliknya. Mari meraih ridha-Nya dengan cara kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja keras, kerja tuntas.

Kusebut Nama-Mu dalam setiap aktivitasku

Pak Hanif adalah seorang petani penggarap sawah milik tetangganya sebut saja pak Lathif. Ia sangat menekuni bidang pekerjaannya tersebut, mulai mencangkul, membajak tanah, mengairi sawah dan seterusnya.

Suatu hari pak Hanif pergi ke sawah tanpa membawa peralatan pertanian miliknya yang biasa ia gunakan. Sontak saja ia merasa ada sesuatu yang kurang pada dirinya. Akhirnya ia pun sadar bahwa peralatan pertaniannya tidak terbawa ke sawah, lalu pak Hanif pun berniat kembali ke rumahnya untuk mengambil peralatan pertaniannya. Baru beberapa Langkah beranjak dari gubuk di sawahnya itu, diapun berpapasan dengan pak Lathif sang pemilik lahan yang rumahnya tidak jauh dari sawahnya yang ia garap.

“Assalamu’alaikum Pak Hanif, bagaimana kabar? Kog sepertinya ada sesuatu yang terjadi” tanya pak Lathif memulai menyapa. “Alhamdulillah, sehat pak Lathif. Iya nih…peralatan pertanian saya ketinggalan di rumah.” Jawab pak Hanif dengan penuh rasa hormat. “Hemm…apa boleh saya pinjam peralatan pertanian bapak? kan rumah pak Lathif relatif lebih dekat, jadi biar lebih efisien waktu dan tenaga dalam bekerja.” Tanya pak Hanif memberanikan diri.

“Ya, sudah tentu boleh. Semua itu kan disediakan untuk kepentingan pak Hanif dalam beraktivitas di dunia pertanian, jadi ndak perlu minta izin kepada saya.” Jawab pak Lathif.

“Oh..terima kasih atas kebaikan bapak: sebelum dan sesudahnya. Namun saya tetap meminta izin kepada pemiliknya, yaitu pak Lathif. Seperti halnya segala fasilitas yang Allah Swt. berikan kepada manusia, udara, air, api, angin, tumbuhan, hewan, benda-benda yang ada…semua adalah milik-Nya. Jadi..kalau saya akan menggunakan fasilitas milik-Nya maka saya juga akan meminta izin kepada pemiliknya (Allah Swt.), saya akan menyebut nama-Nya dalam setiap kesempatan, apapun aktivitasnya. Rasulullah Muhammad saw. membimbing umatnya: “Kullu amrin dzi baalin laa yubda-u fihi bibismillahirrahmanirahim fahuwa aqtha’u,”. Yang artinya: “Semua amalan apabila tidak diawali dengan bismillahirahmanirahim, maka terputus,”.Semua kehidupan in ikan anugerah-Nya yang sangat berharga untuk digunakan di jalan-Nya yang lurus dan baik. Saya akan menyebut-Nya dengan hati yang tulus.” Jawab pak Hanif. “Ternyata pak Hanif memiliki perilaku yang sesuai dengan nama bapak: Hanif; Tulus” Tukas pak Lathif sambal tersenyum ringan.